DISCLAIMER!
Review berikut adalah opini personal penulis. Pembaca diminta untuk jangan terlalu diambil hati karena ini adalah ditulis sesuai selera penulis. Mengutip lupa dari siapa:
Review atau ulasan adalah karya dalam bentuk tulisan atau lainnya yang berisi informasi, baik fakta maupun opini, dari yang membuatnya. Review merupakan karya subjektif, yaitu berisi informasi, baik fakta atau opini, milik pembuatnya, yang dibuat secara objektif, yaitu tanpa pengaruh pihak luar.
Blurb dan Sinopsis Antologi Kumpulan Budak Setan
Kumpulan Budak Setan, kompilasi cerita horor Eka Kurniawan, Intan Paramaditha, dan Ugoran Prasad, adalah proyek membaca ulang karya-karya Abdullah Harahap, penulis horor populer yang produktif di era 1970-1980an. Dua belas cerpen di dalamnya mengolah tema-tema khas Abdullah Harahap -- balas dendam, seks, pembunuhan -- serta motif-motif berupa setan, arwah penasaran, obyek gaib (jimat, topeng, susuk), dan manusia jadi-jadian.
Kupejamkan kembali mataku dan kubayangkan apa yang dilakukannya di balik
punggungku. Mungkin ia berbaring telentang? Mungkin ia sedang
memandangiku? Aku merasakan sehembus napas menerpa punggungku. Akhirnya
aku berbisik pelan, hingga kupingku pun nyaris tak mendengar: “Ina
Mia?”
("Riwayat Kesendirian,” Eka Kurniawan)
Jilbabnya putih kusam, membingkai wajahnya yang tertutup bedak putih
murahan – lebih mirip terigu menggumpal tersapu air – dan gincu merah tak
rata serupa darah yang baru dihapus. Orang kampung tak yakin apakah mereka
sedang melihat bibir yang tersenyum atau meringis kesakitan.
(“Goyang Penasaran,” Intan Paramaditha)
“Duluan mana ayam atau telur,” gumam Moko pelan. Intonasinya datar
sehingga kalimat itu tak menjadi kalimat tanya. Laki-laki yang ia cekal
tak tahu harus bilang apa, tengadah dan menatap ngeri pada pisau berkilat
di tangannya. Moko tak menunggu laki-laki itu bersuara, menancapkan
pisaunya cepat ke arah leher mangsanya. Sekali. Sekali lagi. Lagi. Darah
di mana-mana.
(“Hidung Iblis,” Ugoran Prasad)
Dalam Kumpulan Budak Setan, sembari mengolah konvensi genre horor, kami juga memandang horor sebagai moda yang dipertukarkan di berbagai ranah, dari panggung politik hingga kehidupan sehari-hari. Horor tak melulu soal hantu, tetapi ruang liyan yang menciptakan kemungkinan runtuhnya “realitas” yang seharusnya, tatanan yang kita percaya. Horor beroperasi tak hanya dalam cerita setan, tapi juga dalam retorika politik (misalnya saja penggunaan moda horor dalam film sejarah Pengkhianatan G30S/PKI, atau, di tataran global, narasi seputar peristiwa 9/11) maupun hubungan personal dan sosial yang sepintas lalu tak berbahaya.
Plot dan Jalan Cerita Antologi Kumpulan Budak Setan
Sebuah antologi yang berisikan 12 cerpen oleh tiga penulis Indonesia. Cerpen-cerpen tersebut menebar teror dan ketakutan. Buku ini dipersembahkan untuk mengenang Abdulla Harahap.
Baca juga: Review Novel O
Review dan Ulasan Antologi Kumpulan Budak Setan
Buku pertama Eka, Intan, dan Ugo yang gue baca. Walau nggak seluruh buku ditulis oleh satu penulis, gue suka banget.
Buku ini ditulis dalam rangka membaca ulang Abdullah Harahap dan tulisan picisan horornya.
Sebuah antologi horor dewasa yang menurut gue keren banget. Ditulis dengan baik, menyerap berbagai aspek tulisan, sosial, dan kebudayaan.
Sebagai pengalaman pertama membaca tulisan penulis hebat yang sudah dikenal banyak orang, bisa gue sebut kalau pengalaman bacanya sangat berkesan dan menyenangkan.
Total ada 12 cerpen di buku ini. Beberapa yang gue suka:
- Penjaga Malam
- Goyang Penasaran
- Apel dan Pisau
- Si Manis dan Lelaki Ketujuh
- Penjaga Bioskop
Kumpulan cerpen horor sederhana yang menyampaikan kengeriannya tanpa harus ada iming-iming plot cerita yang rumit, penuh ketegangan dan twist ini itu.
I Love It. Rating antologi Kumpulan Budak Setan:
Posting Komentar