57GSGOUiym0RjqT60gh80ahb2hanHpOxHlTDFWHw
Bookmark

Review Film Kuyang (2024)

Review Film Kuyang (2024)

Film yang gua tunggu banget nih masuk OTT. Akhirnya rilis juga. Gua udah tahu ceritanya karena gua udah baca novelnya. Novelnya menurut gua sih bagus dan seru ya. Tapi filmnya .... Penasaran? Ini dia review film Kuyang (2024).

DISCLAIMER!

Review berikut adalah opini personal penulis. Pembaca diminta untuk jangan terlalu diambil hati karena ini adalah ditulis sesuai selera penulis. Mengutip lupa dari siapa:

Review atau ulasan adalah karya dalam bentuk tulisan atau lainnya yang berisi informasi, baik fakta maupun opini, dari yang membuatnya. Review merupakan karya subjektif, yaitu berisi informasi, baik fakta atau opini, milik pembuatnya, yang dibuat secara objektif, yaitu tanpa pengaruh pihak luar.

Deskripsi dan Sinopsis Film Kuyang (2024)

Karena masalah ekonomi, seorang pria mendaftar diri sebagai guru dan calon pegawai negeri sipil. Dia diterima dan ditugaskan ke sebuah sekolah terpencil di Pulau Kalimantan. Sementara itu, istrinya juga ikut karena dia ingin membantu suaminya. Namun, mereka belum tahu bahwa mereka telah ditunggu di Pulau Kalimantan. Sebuah ramalan tentang wanita dari seberang pulau telah dinantikan oleh sebuah sosok yang ditakuti masyarakat di sana.

Film Kuyang (2024) adalah sebuah film yang diadaptasi dari sebuah novel berjudul sama. Cerita ini dibuat oleh seorang penulis bernama Achmad Benbela. Kuyang (2024) merupakan film bergenre horor dan supranatural yang menceritakan tentang legenda yang ada di masyarakat Kalimantan. Film ini disutradarai oleh Yongki Ongestu dan diproduksi oleh Aenigma Picture. Film berdurasi 100 menit ini dibintangi oleh Dimas Aditya, Alyssa Abidin, Putri Ayudya, Elly D. Luthan, Egy Fedly, Totos Rasiti, Andri Mashadi, dan lainnya.

Plot dan Alur Cerita Film Kuyang (2024)

Bimo belum lama menikah dengan Sriatun. Mereka belum memiliki anak dan kondisi ekonomi mereka tidaklah baik. Bimo tidak tinggal diam, dia pun mendaftar diri sebagai guru saat pemerintah membuka lowongan pekerjaan. Setelah melalui proses yang panjang, Bimo diterima sebagai calon pegawai negeri sipil, yaitu guru. Namun, karena pekerjaan ini mengharuskan Bimo untuk mengabdi kepada masyarakat, dia tidak bisa memilih-milih lokasi untuk mengajar sebagai guru dan Bimo mendapatkan kabar kalau dia ditempatkan di sebuah sekolah di Desa Muara Tapah di Pulau Kalimantan.

Awalnya, Bimo berencana untuk pergi bekerja sebagai guru di Kalimantan sendirian dan meminta Sri tinggal di rumah orang tuanya selama Bimo bekerja. Namun, Sri memaksakan diri untuk ikut Bimo. Sri ingin menemani Bimo, berjuang bersama bagaimanapun kondisi kehidupan mereka saat itu. Bimo pun mengiyakan dan mereka berangkat ke Pulau Kalimantan, menuju Desa Muara Tapah.

Di Pulau Kalimantan, selama perjalanan menuju ke Desa Muara Tapah, Sri dan Bimo mengalami kejadian yang sulit dijelaskan. Mereka melihat kepala terbang, peti mati yang bergerak di tengah hutan, dan suara-suara mengerikan yang sulit dijelaskan. Meski begitu, mereka tidak mundur dan menghadapi bersama cobaan yang akan mereka terima.

Sesampainya di desa, Bimo bertamu ke para penduduk dan pemangku di desa untuk meminta restu dan dia pun memulai pekerjaannya sebagai guru di sana. Atas saran kepala sekolah, Sri juga akhirnya mengajar di sekolah sebagai guru. Tetapi teror yang mereka alami belum berakhir, bahkan semakin mengerikan. Hal ini karena ternyata Sri sedang mengandung anaknya Bimo. Bayi yang dikandung Sri menjadi incaran sosok mengerikan kuyang. Makhluk mengerikan dalam bentuk kepala yang berapi-api dan terbang mencari mangsa berupa bayi dan anak kecil. Bimo dan Sri berjuang bersama para penduduk desa untuk mencegah bencana mengerikan yang diakibatkan oleh kuyang.

Review dan Ulasan Film Kuyang (2024)

Gua kagum sih sama efek visual dan gambar pada film ini. Mulus dan alus. Enak dilihat. Karena film ini mengangkat kisah kuyang, sosok kepala terbang yang pastinya nggak mungkin dibuat secara teknis. Film ini menggunakan CGI untuk menghadirkan sosok tersebut. Hasilnya bagus dan keren parah.

Meski didukung oleh visual yang bagus, ceritanya ternyata tidak sebagus yang gua harapkan. Ingat ya! YANG GUA HARAPKAN. Karena gua udah baca bukunya dan gua punya ekspektasi. Dalam versi film, dialog dan tindakan para karakternya terasa dipaksakan dan di luar logika. Jelek dan tolol. Terlalu mudah percaya, kok bisa mau diajak melakukan ritual atau mengikuti saran orang lain yang baru dikenal. Tindakannya nggak masuk akal, lagi ramai-ramai mencari Sri, penduduk nggak sadar Bimo hilang juga karena dia berjalan menjauhi keramaian. Hutan itu banyak ranting, daun, dan pepohonan yang kalau manusia lewat atau terinjak pasti berbunyi. Aneh. Nggak logis deh.

5.0
Kepala terbang kurang nendang

Kecewa sih. Memang visual keren tapi penceritaannya bikin kesel. Asli bikin kesel. Ide cerita menarik gagal adaptasi. Kalau kalian pengen merasakan pengalaman cerita yang lebih seru, mending baca versi buku deh.

Baca juga: Internal Link

0

Posting Komentar